Monday, January 25, 2010

Terkenal Saja ga Cukup Bu...

Kemaren (Minggu, 24 Januari 2010) saya tergelitik mengikuti acara John Pantau di salah satu stasiun TV swasta. Kali ini si John "mencari mangsa" para anggota dewan. Seperti biasa John menyorot hal2 kecil yang mungkin terlewatkan untuk kita amati.

Saya tertarik ketika John mewawancarai seorang anggota dewan yg notabene juga seorang artis sinetron stripping (tidak penting saya sebut namanya disini), setidaknya itu yang saya tau... karena ketika dewan sudah dilantik dan saya ngeliat di tivi "beliau" ini masih bermain sinetron stripping.
Si ibu yang cantik ini keliatan cantik dan sangat anggun saat itu, saya yakin gedung dewan akan nampak lebih sumringah bila anggota nya rata2 berpenampilan seperti beliau.

Tibalah saat John mengajukan pertanyaan, jreng jreng...

John : "Apa yang dimaksud Hak Angket?"
Ibu cantik langsung panik, buru2 membetulkan posisi duduk dengan sedikit menebar cengir2...
Ibu cantik menjawab panjang lebar dengan jawaban yang salah...
Ketika John berulang kali menanyakan pertanyaan yang sama, si ibu cantik tambah panik dan akhirnya berdiri dan membuka2 buku di meja kerjanya, dan mengambil buku kecil (buku sakti kali yak). Dari buku itulah akhirnya dia bisa menjawab dengan benar.
Kembali John mengajukan pertanyaan tentu saja dengan gayanya yg khas...
John : "Bunyi Sila ke-5 Pancasila?"
Ibu cantik kembali agak panik dan cengir2 dan kemudian dengan penuh keraguan menjawab : "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ya..."
dhueeeerrrrr...... pernah sekolah ga sih bu?


Sesaat kemudian gambar berganti dengan scene dimana John Pantau sedang mewawancarai seorang penjual minuman keliling, John menanyakan pertanyaan yang sama yaitu bunyi sila ke-5 Pancasila dan si pedagang dengan spontan dan tegas menjawab "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Ya... itulah jawaban yang benar, jawaban spontan dari seorang pedagang kecil yang saya pikir lebih cerdas dari si ibu cantik diatas.

Memang, terkenal dan berpenampilan mempesona saja ga cukup untuk menduduki suatu jabatan, apalagi jabatan vital sebagai wakil rakyat yang harus mewakili 200-an juta aspirasi rakyat Indonesia. Hanya menjawab pertanyaan simpel dan mendasar saja harus panik, buka2 buku sakti, dan kemudian menjawab dengan salah. Bagaimana kalo membawa aspirasi rakyat? Bagaimana kalo harus ikut memecahkan semua keruwetan yang sedang Indonesia alami? Bagaimana kalo harus menyusun Undang-undang? Entahlah... Ketika seseorang mempunyai keputusan untuk melakukan suatu hal, setidaknya dia harus bisa mengukur terlebih dahulu sejauh apa kemampuan dirinya.

No comments:

Post a Comment